Kamis, 27 Mei 2010
Siddhartha bermeditasi di Bawah Pohon Bodhi
Pada hari itu setelah membersihkan diri di sungai Neranjara, Siddhartha kemudian bermeditasi di bawah pohon Sala dekat sungai tersebut. Sepanjang hari dia berlatih dengan tekun berharap dapat mencapai Penerangan sempurna di keheningan malam yang bebas dari lalu lalang orang. Pada senja hari Siddhartha meninggalkan pohon Salad dan berpindah ke pohon Bodhi. Sewaktu berjalan dia berjumpa dengan tukang rumput bernama Sotthiya yang mempersembahkan rumput kepadanya. Siddhartha meletakkan rumput itu sebagai alas duduk di bawah pohon Bodhi, kemudian duduk dengan menghadap timur.
Setelah duduk Siddhartha bertekad, “Meskipun tubuh dan darahku mengering, aku tidak akan berdiri meninggalkan tempat ini sebelum memperoleh cara pembebasan diriku dan seluruh umat manusia dari lingkaran belenggu kelahiran dan kematian.”
Sejak saat itu Siddhartha membersihkan dan memusatkan pikirannya pada pemahaman Kebenaran Mutlak. Dia merenung dan bertanya pada diri sendiri, “Darimanakah asal penderitaan ini? Bagaimana agar dapat terbebas dari penderitaan?” Tetapi sebagai seorang yang relative muda berusia 35 tahun, bayangan kehidupan masa lalu di istana dengan tiada hentinya muncul di dalam pikiran Siddhartha.
Muncul pula berbagai bayangan Mara yang bertujuan menggoda Siddhartha agar terkenang pada kenikmatan hidup waktu lampau dan membangkitkan keinginannya untuk kembali ke istana. Tekad yang kuat membantu Siddhartha mengendalikan pikirannya. Akhirnya dia berhasil mengalahkan segala godaan itu. Dengan pikiran tenang dia memasuki kondisi Samadhi yang dalam.
Melalui ketenangan semadhi, Siddhartha dengan pikirannya mengamati dan mencari sumber asal kehidupan. Dia berhasil mencapai kemampuan batin yang dapat mengetahui kehidupan masa lalu dirinya dan semua makhluk hidup. Lebih jauh lagi, dia memperoleh kemampuan batin yang membuatnya mengetahui lenyap dan munculnya semua makhluk dalam lingkaran tumimbal lahir yang tiada henti. Dia mengetahui bahwa ini semua ditentukan oleh karma (perbuatan) yang dilakukan oleh setiap makhluk. Kehidupan yang bahagia diperoleh karena melakukan perbuatan bajik, sedang penderitaan muncul dari perbuatan buruk.