Kamis, 27 Mei 2010

Penyiksaan Diri Bukanlah metode yang Tepat





Siddhartha melakukan berbagai macam penyiksaan diri. Cara terakhir adalah dengan mengurangi dan berhenti makan sama sekali. Tubuhnya menjadi kurus kerontang serta tak bertenaga, tetapi tekadnya sama sekali tak tergoyahkan. Suatu hari, dia akhirnya jatuh pingsan karena terlalu lemah, beruntung dia terlihat oleh seorang anak penggembala kambing. Anak itu menduga bahwa petapa suci ini pingsan pasti karena praktek puasa yang sangat berat. Anak gembala segera berlari ke kawanan kambingnya dan kembali dengan membawa seekor induk kambing. Diperahnya susu induk kambing itu dan diminumkannya ke Siddhartha agar tersadar kembali. Setelah tersadar dan merasa agak segar, Siddhartha mulai berpikir, “Mengapa aku pingsan? Mengapa pula aku merasa agak segar sekarang? Akhirnya ia mengambil kesimpulan bahwa susu kambing yang diberikan anak gembala itulah yang membantunya segar kembali. Tanpa susu itu, dia mungkin telah menghembuskan nafas terakhir sebelum mencapai Penerangan Sempurna.
Setelah menerima ucapan terima kasih dari Siddhartha, anak gembala itu pergi meninggalkannya dengan gembira. Sedangkan Siddhartha tetap duduk di bawah pohon melanjutkan meditasinya.
Saat senja, dia mendengar sekelompok gadis muda yang sedang bernyanyi. Isi nyanyian itu adalah, “Bila senar kecapi terlalu kendur, bunyinya sumbang, saat terlalu kencang, senarnya akan mudah putus. Hanay senar yang tidak kendur ataupun kencang yang akan menghasilkan bunyi yang indah.”
Mendengar nyanyian itu, Siddharta merasa bahwa dia telah terlalu kencang menarik senar kehidupannya. Penyiksaan diri macam ini akan membawanya pada kematian sebelum berhasil mencapai Penerangan sempurna. Penyiksaan tubuh bukanlah cara yang tepat dalam mencari Kebenaran Mutlak. Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk meninggalkan praktek penyiksaan diri. Selanjutnya dia akan mengembangkan kebijaksanaan dalam dirinya untuk mencapai Penerangan Sempurna. Sejak saat itu, setiap pagi hari Siddhartha pergi ke desa untuk menerima dana makanan.